Stereotipe
Visioner Leadership
Stereotipe
Visioner Leadership, menjadikan motivasi saudara sebagai agent of change and development secara akuntabel dengan harapan ransformational leadership dalam Proses
Belajar dan Mengajar baik ilmu maupun seni menjadikan saudara “SMART Leadership”.
1. Jelaskan makna konsep tersebut di atas !
Kepemimpinan
Visioner adalah suatu konsep yang dapat diuraikan terperinci dan dipahami
melalui literatur dan teori. Namun arti yang lebih besar dari kepemimpinan
adalah tindakan nyata, cara bekerja, dan serangkaian peristiwa. Pada bagian
ini, kepemimpinan visioner dapat dilihat kerangka pergerakan, perubahan, dan
waktu. Jelasnya, tindakan kepemimpinan visioner berbeda dari talking
atau analyzing hal tersebut, media yang dipergunakan di sini akan
menjadi sesuatu yang penting untuk ditulis. Hal ini menjadi penting bagi para
pembaca bahwa memadukan apa yang terjadi dalam kenyataan dengan teori haruslah
menjadi keharusan, karena kepemimpinan visioner tidak dinilai dari sudut
pendekatan teoretis atau ideologi semata.
Makna konsep pemimpin yang visoner
adalah: Para pemimpin harus dapat menjadi teladan (panutan) melalui tingkah
laku dan etikanya, serta keterlibatannya pada perencanaan, komunikasi yang
dijalankan, pengarahan, membangun kepemimpinan masa depan, evaluasi kinerja
suatu organisasi dan apresiasi terhadap karyawan. dapat menetapkan arah dan
menciptakan upaya yang fokus kepada pelanggan, nilai organisasi yang jelas dan
nyata, serta memiliki harapan yang tinggi. Sebagai teladan, pemimpin harus bisa
memacu terciptanya etika, nilai dan harapan sekaligus membangun kepemimpinan,
komitmen dan program-program untuk seluruh organisasi. Arah kepemimpinan, nilai
dan harapan harus seimbang dan sesuai dengan keinginan dari semua. Seorang
pemimpin harus memastikan terciptanya: strategi, sistem dan metode untuk meraih
kinerja yang unggul, mendorong inovasi dan membangun pengetahuan dan kemampuan
organisasi yang dipimpinnya.
2. Faktor-2 apa saja yang mendukung ?
Harper
(2001) menyatakan bahwa kepemimpinan menghadapi suatu era perubahan pesat atau“accelerating”
perubahan. Karenanya, waktu merupakan faktor penting untuk menjadikan seorang
pemimpin visioner. Guna menghadapi perubahan pesat ini dengan baik, pemimpin
harus memiliki serangkaian kompetensi yang pokok seperti kemampuan antisipasi,
kecepatan,agility dan persepsi.
a.
Komitmen tinggi terhadap
organisasi akan memiliki sikap yang profesional dan menjunjung tinggi
nilai-nilai yang
telah disepakati dalam organisasi.
b.
Membangun komitmen pegawai sangat
terkait dengan
bagaimana komitmen organisasi kepada anggota organisasi. Organisasi
memberikan
”pelayanan” apa kepada anggota organisasi.
3. Faktor apa saja yang menghambat ?
Ada delapan kesalahan yang sering
dilakukan yang menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan dalam melakukan
perubahan besar yang diharapkan. Hal-hal tersebut menurut John P. Kotter (1996)
dalam bukunya : "Leading Change" adalah :
1. Membiarkan rasa puas diri yang berlebihan.
2. Gagal membentuk tim pengarah perubahan yang kuat.
3. Menganggap remeh kekuatan suatu visi.
4. Visi tidak dikomunikasikan dengan baik.
5. Membiarkan rintangan yang menghadang pencapaian visi.
6. Gagal mendapatkan kemenangan jangka pendek.
7. Terlalu cepat menyatakan kemenangan akhir.
8. Gagal membakukan perubahan ke dalam budaya perusahaan.
4. Serta bagaimana pemecahannya ?
Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada
empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan
kepemimpinannya, yaitu:
1.
Peran
penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana
seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk
suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari
“get-go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan
merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin
menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta
meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan
mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju
masa depan.
2.
Agen
perubahan(agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua
dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal
adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara
terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung
dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah
sebagaimana halnya perubahan keinginan parastakeholders. Para pemimpin
yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan
berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini
menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau
peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan
yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung
pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
3.
Juru
bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga
berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa
depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang
mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan
dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru
bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua
orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan
secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan
menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
4.
Pelatih(coach).
Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini
berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk
mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan
seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka,
ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi.
Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi
dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain
yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa
kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat
untuk ditunjuk sebagai “player-coach.”